🪔 Karena Mulut Badan Binasa

Listento Karena Mulut Binasa Badan by Nn (1). Join Napster and play your favorite music offline. From the album "Qasidah Moderen El Arafah" by Nn (1) on Napster Apakah faktor kebetulan saja Allah menciptakan manusia dengan dua mata, dua telinga, dan hanya satu mulut?Tidak ada ketidaksengajaan dalam penciptaan, semua dibuat sesuai rencana, disertai maksud. Dari penciptaan manusia, kita melihat betapa Allah memberi pesan tersirat agar manusia banyak mendengar, melihat, serta belajar dari apa yang menyapa panca indra, dan yang terpenting, memilih lebih sedikit yang kita dengar dan lihat hanya berimbas pada diri pribadi. Akan tetapi begitu mulut terbuka, dan lidah digerakkan, pengaruhnya akan besar pada lingkungan. Sebab lidah lebih tajam dari pedang. Sebilah pedang bisa melukai dan diperlukan waktu beberapa bulan untuk memulihkan. Namun luka yang disebabkan ketajaman lidah melahirkan sayatan dalam yang sangat mungkin abadi. Tidak hanya itu, sepotong lidah sanggup menggerakkan ribuan pedang dan jutaan peluru ke medan perang. Dengan lidah, Hitler mengobarkan perang Dunia ke-2 yang menelan korban hingga puluhan juta nyawa. Dengan lidah pula Winston Churchil berhasil mengajak Amerika untuk bersekutu mengalahkan demikian lidah pun bukan kekuatan yang mudah dikendalikan. Mulutmu harimaumu. Jika seseorang sanggup mengendalikan seekor harimau, nyaris tidak ada manusia akan berani mendekat, atau terpancing melawan. Akan tetapi begitu harimau lepas kendali, tidak mustahil yang bersangkutan sendiri menjadi menjadi senjata makan tuan. Sebagaimana pepatah Karena mulut badan binasa, karena mulut kepala saat, Umar bin Khattab yang melihat Khalifah Abu Bakar berusaha menarik lidah dengan tangannya, serta-merta bertanya,"Wahai Khalifah, apa yang engkau lakukan?""Ini lidah mendatangkan padaku jalan kebinasaan."Sang Khalifah paham, ketidakmampuan menjaga lidah bisa menyebabkan manusia terjerumus ke neraka. Sebagimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa menjamin bagiku apa yang di antara dua tulang rahangnya lidah dan yang di antara dua kakinya kemaluan, niscaya akan aku jamin baginya surga."Lidah tidak bertulang. Bagian tubuh ini memang dirancang elastis, mudah bergerak dengan leluasa. Bisa menyampaikan hal baik ataupun buruk. Semua tergantung bin Abi Thalib pernah berkata, lidah orang berakal berada di belakang hatinya, sedangkan hati orang bodoh berada di belakang lidahnya. Sederhananya, orang bodoh berkata dulu baru berpikir, orang pintar berpikir sebelum memutuskan mana yang harus disampaikan dan mana yang ungkapan lain, khalifah keempat ini juga menyampaikan, al-lisanu mizan al-insan, lisan adalah ukuran kemanusiaan. Apa yang terucap merupakan cerminan dari apa yang ada di dalam pikiran. Mungkin mirip analogi, apa yang keluar dari teko tergantung isi teko Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia bertutur kata yang baik, atau lebih baik diam.” HR. Bukhari dan MuslimDiam adalah emas, kecuali ada kata-kata baik untuk ini, Lukman Al Hakim pernah diminta menyembelih kambing dan memilihkan bagian terbaik dari hewan tersebut untuk tuannya. Lelaki bijak itu memberikan lidah dan qalbu hati.Lalu Lukman Al Hakim diminta menyembelih kambing sekaligus memilih bagian terburuk dari hewan tersebut untuk tuannya. Lelaki bijak itu sekali lagi memberikan lidah dan qalbu hati.Sang majikan yang heran kemudian bertanya alasan Lukman memberikan organ yang sama ketika diminta memisahkan bagian terbaik dan terburuk dari kambing yang di menjelaskan tidak ada sesuatu yang lebih baik dari lidah dan qalbu, jika keduanya baik, dan tidak ada sesuatu yang lebih buruk, jika keduanya akhirnya, merupakan kemestian bagi siapa saja untuk terus belajar menata lidah dan hati sepanjang hidup, agar terjaga sampai ke surga. Sebab kegagalan menjaga keduanya, akan melemparkan seorang hamba dalam jurang kehinaan di dunia dan akhirat. Karena mulut, badan binasa. Karena jari, badan bisa terkurung. Dua kalimat itu memang bukan pribahasa. Namun cukup memberikan pesan agar berhati-hati membuat status di akun media sosial (medsos).
Datuk Seri Tajuddin Abdul Rahman KATA pepatah Melayu Kerana pulut santan binasa kerana mulut badan binasa’. Itulah senario yang sedang dihadapi oleh Pengerusi Prasarana, Datuk Seri Tajuddin Abdul Rahman atas kesilapannya dalam mengendalikan sidang media mengenai kemalangan tren Transit Aliran Ringan LRT pada didakwa tidak serius’ dan lebih gemar berseloroh ketika menjawab beberapa soalan daripada pemberita, Tajuddin yang juga Ahli Parlimen Pasir Salak diserang’ habis-habisan oleh warganet di media percakapan Tajuddin menjawab persoalan yang dikemukakan pihak media tersebut menunjukkan tahap empati yang cukup rendah sehinggakan rata-rata warganet memberi komen supaya beliau melepaskan juga warganet yang meminta Tajuddin tidak terbawa-bawa dengan lagaknya sebagai ahli Parlimen sepertimana beliau berbahas dalam persidangan Dewan Rakyat. Di Parlimen, Tajuddin memang cukup dikenali sebagai antara figura yang lantang kira apa yang berlaku pada sidang media itu, boleh dikatakan nasi sudah menjadi bubur’. Apa sahaja kenyataan yang keluar daripada mulut Tajuddin sudah tidak boleh ditapis lagi. Ia sudah menjadi satu sidang media yang mungkin akan diingati pemberita Tajuddin juga sudah pasti tidak akan lupa insiden’ sepanjang beliau mengendalikan sidang media tersebut. Bukan saja dikecam warganet akibat keterlanjuran kata-katanya itu, Tajuddin kini disiasat polis selepas didapati tidak memakai pelitup muka ketika sidang media masa ini, sesuatu yang mungkin mampu meredakan amarah warganet apabila bekas Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak memaklumkan Tajuddin telah meminta maaf atas apa yang berlaku dalam sidang media menanggung kos perubatan penuh, beliau juga akan meminta Prasarana menaikkan jumlah bantuan kepada mereka yang cedera selain menuntut pampasan daripada ketika Tajuddin cuba menjernihkan kembali keadaan, beliau akhirnya ditunjukkan jalan keluar’ apabila Menteri Kewangan Diperbadankan bersetuju menamatkan perkhidmatannya sebagai Pengerusi Prasarana berkuat kuasa serta-merta pada Rabu.
\n\n \n \n \n karena mulut badan binasa
.